Mengajar di Thailand #1 Awal Mula

40875954_1864904563631097_5604980948899725312_n.jpg

Mengajar di Thailand?

hah kok bisa?

ngajar apa?

caranya gimana?

Jadi ini cerita pengalaman mengajar di Thailand selama bulan September 2018 kemarin. Ceritanya agak panjang sih, akan ku bagi dalam beberapa bagian aja. Sekalian ku tulis di blog biar gak ilang memorinya pernah ngapain aja di Negara Gajah Putih ini, sebelum lupa. Nah di bagian pertama ini aku akan cerita dari awal mula bagaimana sih bisa mengajar jauh banget sampai di Thailand, atau syarat-syaratnya gimana. Mungkin kalian yang akan berencana magang / ngajar di sana juga bisa tau.

Aku kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, di Universitas Islam Sultan Agung atau biasa disebut Unissula Semarang. Mahasiswa PBSI pasti ada mata kuliah BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) sesuai namanya, ya kita disuruh buat materi atau strategi mengajar bagaimana orang asing paham Bahasa Indonesia. Prakteknya dulu disuruh ngajar adek tingkat yang dari Thailand juga. Selain itu mahasiswa PBSI juga harus mengikuti tes UKBI (Uji Kemahiran Bahasa Indonesia). Di kampus juga ada tutorial serta tes TOEFL. Jadi bisa ditarik kesimpulan kan, aku ngajarnya mapel Bahasa Indonesia.

Ada mahasiswa dari luar? Ya karena itulah kampus punya kerjasama dengan yayasan MEDAT (Muslim Education Association of Thailand), kalau gak salah tulis ya hehe. Ada banyak mahasiswa Thailand di kampus tersebar di seluruh fakultas. Nah kerjasama tersebut meningkat karena kampus bisa mengirimkan mahasiswanya untuk mengajar di sekolah-sekolah muslim Thailand alias magang, kenapa hanya sekolah muslim? Ya karena background kampus dan yayasan MEDAT pun Islam.

Pengumuman adanya PPL Internasional itu setelah UAS semester V akhir tahun 2017 kebetulan ada mata kuliah BIPA dan selanjutnya akan ada tes UKBI . Karena sudah ku bahas di awal, ya benar syaratnya bisa ambil PPL Internasional adalah nilai mata kuliah BIPA + skor TOEFL + Skor UKBI, dengan standar nilai yang telah ditetapkan jika lulus selanjutnya akan dites wawancara oleh dosen. Setelah wawancara akan diberi formulir isinya seperti kesanggupan orangtua, data diri, rincian biaya dll.

Ya, kami bayar sendiri hehe, kami dijanjikan tempat tinggal serta makan tiga kali sehari gratis lumayan bukan. Berarti kami bayar transport seperti tiket pesawat, hotel/penginapan awal datang, uang jajan dan biaya bikin passport jika belum punya sepertiku hehe. Untuk kurs 1THB = Rp.450, Thailand ini murah banget gaya hidupnya sama kaya di Indo bahkan lebih murah menurutku, , mo nangess ingin balik. Biaya pembuatan passport April 2018 kemarin 355ribu. Terlalu panjang kalo bahas biaya, jika ingin lebih tau lengkap bisa kirim pesan ke jalur pribadi ya nanti ku ceritakan secara gamblang dan lebih panjang dari ini. Gak etis bahas biaya, hussttt.

Setelah cek galeri baru ketemu tanggal penyuluhan PPL Internasional di prodiku itu 28 Desember 2017 nah kami magangnya bulan September 2018. Keliatannya lama ya hehe, awanya bulan Juli tapi mundur terus. Jadi ngapain aja sebelum berangkat? Tetep kuliah dan sempet KKN di bulan Februari ya saat itu masuk semester enam.

Setelah semester enam usai, mulai deh persiapan dari prodi, kampus, dan tentunya diri sendiri. Waktu semester enam ada mata kuliah microteaching seperti praktek ngajar, dimulai dari situ kami yang akan PPL Internasional dan PPL Dalam Negeri dibedakan rombel atau kelompoknya karena tentu saja beda materi serta cara mengajarnya. PPL DN pakai materi dan kurikulum 2013, PPL Internasional pakai materi dan silabus BIPA dari badan bahasa.

Dari kampus kami ada PDO (Pre Departure Orientation) seperti pembekalan dari kampus, ada pembekalan soal BudAi, Journalism, Korespodensi, dll. Setelah itu yang paling disukai adalah sebulan seminggu dua kali kami ada les bahasa Thai dengan mahasiswa asli sana yang kuliah di sini. Sangat berguna saat disana kita perlu bahasa dasarnya mereka, yang paling penting tau “tao rai?” wkwk

Kami berangkat tanggal 31 Oktober malam sekitar jam 8, dengan rute Semarang-Jakarta-Penang-Hatyai.

Kelanjutannya tentang dapat Sekolah apa dan dimana akan ku ceritakan di bagian selanjutnya. Menerima kritik serta saran yang membangun pada kolom komentar.

khob khun kha,

Alifiafe

Ada saatnya

Ada saatnya tulisanku tak lagi tentang kamu, tokohnya bukan lagi kamu. Apa yang didalamnya tak menceritakan kenangan “kita” pun ceritanya tidak sama sekali tentang perasaanku padamu.

Ada saatnya ketika aku baca sebuah buku dan tulisan, jika sedih, bahagia, atau marah bukan kamu lagi yang ku ingat, apalagi yang ku andaikan menjadi tokoh dalam tulisan. Bukan.

Ada saatnya ketika hujan turun, debur ombak, sore berwarna oranye yang apik aku tidak lagi mengkhayalkannya lagi bersamamu. Tidak.

Ada saatnya sedih dan marahku bukan milik mataku yang melihat unggahan status dan foto di sosial mediamu dengan orang baru. Aku tak peduli.

Ada saatnya aku memasak dan membuat bekal makanan bukan untukmu bahkan bukan untuk dipuji olehmu. Aku membuatnya untuk diriku sendiri.

Untuk yang merasa tulisan ini ditujukan kepada dirinya,

Maaf, tulisanku bukan milikmu. Tulisanku untuk diriku sendiri, sedari awal kamu tak pernah memilikinya. Jika isinya sedih dan ragu bukan sepenuhnya seperti itu, mungkin aku lagi iseng, lagi terinspirasi tulisan orang lain, lagi bahagia, lagi semangat nulis, dll.

Sekali lagi ku peringatkan, ini hanya sebuah tulisan.